Aku masih bisa berlagak sok kuat dan tegar di depan apapun, siapapun. Tapi pernahkah kalian telisik lebih dalam bahwa aku memendam luka? Luka yang hanya aku yang bisa merasakannya. Merasakan perihnya. Merasakan pedihnya. Luka yang muncul ketika aku tersakiti, sementara tampilanku masih menunjukkan senyum. Sungguhnya itulah luka yang teramat menyakitkan.
Aku sadar bahwa aku hidup bukan sendirian di muka bumi ini, tapi mengapa semua yang kulakukan seolah selalu salah hingga membuatku merasa sepi. Bahkan yang paling dekat denganku sekalipun. Ya, mereka juga. Aku tahu mereka menyayangiku, dengan cara mereka sendiri tentunya. Tapi apakah pernah mereka ketahui bahwa aku juga ingin disayangi melalui cara yang aku mengerti?
Aku ingin bertanya pada kalian. Apakah 'nasihat' itu selalu identik dengan unsur kebaikan?
Tolong jawab aku...
Mungkin akan banyak yang menjawab 'ya'.
Kemudian aku ingin bertanya lagi, apakah termasuk pada 'nasihat yang dibalut intonasi tinggi'?
Iya kah?
Jelaskan padaku mengapa.
Aku cukup sadar bahwa tiap orang memiliki caranya masing-masing. Entah dalam menunjukkan rasa sayangnya, entah dalam menunjukkan kepeduliannya. Mungkin termasuk pula dalam menunjukkan kesal dan benci nya.
Mungkin yang mereka anggap wujud sayang itu, ternyata dianggap lain oleh yang disayang. Mungkin salah persepsi dan pemahaman. Mungkin. Bahkan, sangat mungkin. Bisa jadi karena salah cara penyampaian. Termasuk yang sering ada dalam kehidupan. Nasihat, sungguhnya baik. Sayangnya, tidak, menurutku, ketika ia disandingkan dengan intonasi tinggi yang cenderung menyudutkan. Sebesar apapun power penyampainya. Bahkan bisa dibilang justru akan memunculkan benci. A'udzubillahi min dzalik.
Sesepi ini. Aku bisa menangis hanya karena nasihat. Hm... Mungkin lebih tepatnya bukan hanya nasihat, tapi penyampaian nasihat. Ya, cengeng memang. Tapi kalian tidak akan pernah mengerti betapa kaget dan shock jantung ini dihujam bentakkan yang katanya nasihat. Lemas organ ini. Mau copot begitu saja. Sampai sampai tiada upaya yang mampu dilakukan selain meluruhkan air hangat dari sudut berkaca mata ini.
Terima kasih telah mengingatkan kembali padaku caranya menangis. Semoga setelah ini aku kembali lupa, kembali acuh, kembali arogan.
Aku sadar bahwa aku hidup bukan sendirian di muka bumi ini, tapi mengapa semua yang kulakukan seolah selalu salah hingga membuatku merasa sepi. Bahkan yang paling dekat denganku sekalipun. Ya, mereka juga. Aku tahu mereka menyayangiku, dengan cara mereka sendiri tentunya. Tapi apakah pernah mereka ketahui bahwa aku juga ingin disayangi melalui cara yang aku mengerti?
Aku ingin bertanya pada kalian. Apakah 'nasihat' itu selalu identik dengan unsur kebaikan?
Tolong jawab aku...
Mungkin akan banyak yang menjawab 'ya'.
Kemudian aku ingin bertanya lagi, apakah termasuk pada 'nasihat yang dibalut intonasi tinggi'?
Iya kah?
Jelaskan padaku mengapa.
Aku cukup sadar bahwa tiap orang memiliki caranya masing-masing. Entah dalam menunjukkan rasa sayangnya, entah dalam menunjukkan kepeduliannya. Mungkin termasuk pula dalam menunjukkan kesal dan benci nya.
Mungkin yang mereka anggap wujud sayang itu, ternyata dianggap lain oleh yang disayang. Mungkin salah persepsi dan pemahaman. Mungkin. Bahkan, sangat mungkin. Bisa jadi karena salah cara penyampaian. Termasuk yang sering ada dalam kehidupan. Nasihat, sungguhnya baik. Sayangnya, tidak, menurutku, ketika ia disandingkan dengan intonasi tinggi yang cenderung menyudutkan. Sebesar apapun power penyampainya. Bahkan bisa dibilang justru akan memunculkan benci. A'udzubillahi min dzalik.
Sesepi ini. Aku bisa menangis hanya karena nasihat. Hm... Mungkin lebih tepatnya bukan hanya nasihat, tapi penyampaian nasihat. Ya, cengeng memang. Tapi kalian tidak akan pernah mengerti betapa kaget dan shock jantung ini dihujam bentakkan yang katanya nasihat. Lemas organ ini. Mau copot begitu saja. Sampai sampai tiada upaya yang mampu dilakukan selain meluruhkan air hangat dari sudut berkaca mata ini.
Terima kasih telah mengingatkan kembali padaku caranya menangis. Semoga setelah ini aku kembali lupa, kembali acuh, kembali arogan.
Salam,
Dua sudut tak bersalah yang akhirnya hujan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar