Aku lupa caranya menari diatas barisan huruf yang pada periode silam setia menemaniku.
Pagi hingga terik...
Senja sampai gulita...
Ketika itu aku masih setia menyapanya.
Tak ada satu hari pun yang terlewat, bahkan untuk satu baris.
Pasti ada
Dan selalu ada.
Kini aku merindunya.
Kesenangan yang mampu selalu mendamaikan.
Aku lupa bagaimana caranya menyiasati coretan demi coretan menjadi frasa yang mampu berkembang biak lebih baik.
Lembar demi lembar yang biasanya kuhabiskan untuk menciptanya.
Kini tiada...
Entah tak mampu, entah tak bisa..
Ah, apa bedanya?
Entahlah.... Pun aku juga tak memahaminya kenapa.
Yang aku tahu hanya satu,
bahwa aku lupa....
Aku merasa lupa...
Jakarta, 02 Desember 2014 | N
Pagi hingga terik...
Senja sampai gulita...
Ketika itu aku masih setia menyapanya.
Tak ada satu hari pun yang terlewat, bahkan untuk satu baris.
Pasti ada
Dan selalu ada.
Kini aku merindunya.
Kesenangan yang mampu selalu mendamaikan.
Aku lupa bagaimana caranya menyiasati coretan demi coretan menjadi frasa yang mampu berkembang biak lebih baik.
Lembar demi lembar yang biasanya kuhabiskan untuk menciptanya.
Kini tiada...
Entah tak mampu, entah tak bisa..
Ah, apa bedanya?
Entahlah.... Pun aku juga tak memahaminya kenapa.
Sumber: dari sini |
bahwa aku lupa....
Aku merasa lupa...
Jakarta, 02 Desember 2014 | N
Tidak ada komentar:
Posting Komentar