...aku menari bersama senja diiringi nyanyian hujan yang membekukan... ..

☂☂☂

Februari 04, 2012

surat untuk sahabat


Untuk sahabat yang melupakanku..

Sahabat, ingatkah kau ketika di hari bahagiamu aku hadir ditengah suasana asing yang baru kukenal? Dan apakah kau tahu yang sungguhnya kurasakan?
Hatiku bergejolak. Kau tahu kenapa? Karena aku merasa sangat tidak nyaman berada pada lingkaran samar berwarna abu-abu yang menamakan dirinya sebagai ‘sahabat’. Ya.. ‘sahabat’ barumu, bukan sahabatku. Bahkan, bukan pula teman yang mengenalku. Mereka hanya sekedar ‘tahu’ aku.

Awalnya, nurani ini ingin menolak ajakan mereka. Namun, tak sanggup lidahku berkata ‘tidak’. Karena kau sahabatku. Seorang yang sebagian hatinya telah disisipkan namaku. Meskipun hanya sebagai sebatas tempat sampah ketika duka mendera. Tapi senyummu telah tergores indah dalam memoriku selama dua tahun kebersamaan raga kita. Tidak mudah untukku menghapusnya begitu saja, sebab yang telah tergores akan selamanya membekas. Itulah yang kuharapkan dari kebersamaan kita dahulu, meskipun telah tiga tahun raga kita tak lagi selalu berdampingan. Tapi aku selalu merasakan hadirmu dalam jiwa ini. Entahlah dengan dirimu…

Sahabat,
Sekalipun raga dan batinku hadir memeluk hari bahagiamu, agaknya jiwamu tak merengkuhnya. Tanpa kau sadari, kau sudah mengecewakanku dengan sikap acuhmu yang kau balut dengan sutera. Tapi perlu kau tahu, seindah dan selembut apapun kau berusaha menutupinya, pikiranku selalu mampu menembus dan membaca yang tak tersurat.

Hari itu kau begitu asik dengan ‘sahabat-sahabatmu’. Hingga tak ada kisah baru yang biasa kau tumpahkan setiap hadirku singgah. Bahkan, obrolan tak penting pun tak juga menghampiriku dari bibirmu yang mungil itu.

Sungguh hatiku sepi. Padahal itu hari bahagiamu.
Harusnya kau ingat; siapa yang hadir waktu kau kabari kau sedang sedih? Siapa yang dengar ceritamu ketika ‘sahabat’ barumu menusuk dari belakang? Siapa yang berikan semangat ketika pacar yang sekaligus sahabatmu itu mendua? Siapa yang relakan bahunya tuk jadi sandaran ketika kau menangis? Siapa yang selalu tahu keadaanmu sekalipun tak sedang bersama? Siapa yang selalu rela mengorbankan waktunya hanya untuk mendengar lukamu? Dan... siapa yang selalu mengingatmu?
Itu aku!
Bahkan, ketika kau selalu lupa kapan aku ulang tahun, aku selalu ingat dan memberimu hadiah terindah buatanku sendiri.
Sadarkah kau betapa pilunya aku mengingat semua kenangan manis kita disaat kau tak pernah menyadarinya?!

Mungkin, sekarang raga kita tak pernah lagi bersama. Hanya sesekali saja. Dan kaupun telah menemukan banyak sahabatmu yang baru. Akupun tak berhak egois mengharap kau selalu menumpahkan kisahmu padaku. Tapi aku selalu bahagia saat kau bersedia membagi kisahmu dengan dunia barumu padaku. Hatiku terbuka lebar menerima tumpah ruah gejolak suka-dukamu.
Aku berharap, meski kau tak pernah lagi memintaku tiba-tiba datang kerumahmu hanya untuk mendengar tangismu, jiwamu masih mengingatku. Menempatkannya pada posisi yang sama ketika kita masih bersama. Sebab senyummu masih tergores indah dalam relung iniJ

#Langit-langit bagi hamparan angin#

Tidak ada komentar: