...aku menari bersama senja diiringi nyanyian hujan yang membekukan... ..

☂☂☂

Mei 06, 2011


"Aku ragu ada dan tiadaku. Namun cinta mengumumkan: Aku ada!" 
-Muhammad Iqbal-

"Cinta tidak menyadari kedalamannya, sampai ada saat perpisahan."
-Kahlil Gibran-

Pramoedya Ananta Toer



Pramoedya Ananta Toer adalah sastrawan Indonesia yang paling diperhitungkan di dunia internasional. Pribadinya keras,kalau bicara selalu lugas, ceplas-ceplos, tapi menggigit”dan selalu memiliki substansi. Pram, panggilan akrabnya, memilikipengaruh yang kuat di kalangan aktivis prodemokrasi, melalui novel-novel yang di tulisnya. Novelnya yang terkenal adalahBumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, Nyanyi Sunyi Seorang Bisu, Arus Balik dan Arok Dedes, novel-novelnya menjadi bacaan wajib para aktivis. Dan sebagian novelnya ditulis ketika ia dipenjarakan di Pulau Buru olehrezim Orde Baru.

Pram Kelahiran Jetis, Blora, Jawa Tengah, 6 Februari 1925, mulai menulis sejak ia duduk di Sekolah Rakyat. Bakat ini iawarisi dari ayahnya, Toer, bekas guru dan aktivis PNI cabang Blora. Karya pertamanya, Kemana, muncul di majalahPancaraya tahun 1947. Saat itu ia masih tercatat sebagai murid di Taman Siswa. Di tahun yang sama, terbit novelnya,Kranji Bekasi Jatuh dan Sepuluh Kepala Nica.

Pram begitu sering mengalami perampasan hak dan kebebasan. Tercatat pada zaman revolusi kemerdekaan, ia dipenjaraoleh Belanda di Bukit Duri Jakarta (1947-1949), kemudian di jebloskan lagi ke penjara pada zaman pemerintahanSoekarno karena buku Hoakiau di Indonesia dan dibuang ke Pulau Buru oleh penguasa Orde Baru, setelah meletusnyaG-30/S. Ia baru menghirup udara bebas pada bulan Desember tahun 1979, meskipun harus kehilangan sebagianpendengarannya karena kepalanya dihantam popor senjata.

Sosok Pram menampakkan karakter yang keras. “Hidup saya dalam penindasan terus, bagaimana mau ketawa? Paling-paling yang bisa saya lakukan mengejek”, tuturnya.

Ia tergolong penulis yang serius mempersiapkan diri sebelum berkarya. Ia adalah sosok pendokumentasi data yang baik,dan mampu membungkus data-data yang akurat dengan alur cerita yang memukau dan gaya bahasa yang orisinil. Itulahsebabnya banyak pihak menilai karya-karya memiliki standar mutu literer yang tinggi. Berbagai penghargaan dari dalam danluar negeri telah membuktikannya. Pram menerima Freedom-to-write Award dari PEN American Center (1989), The Fund for free Expression Award (1990), Wertheim Award dari Belanda, serta Ramon Magsaysay Award dari Filipina (31Agustus 1995). Banyak novelnya telah diterjemahkan ke beberapa bahasa asing. Nyanyi Sunyi Seorang Bisuditerjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul The Mute’s Soliloquy (Hyperion East, New York). Ini membuktikansupremesi Pram dalam dunia sastra. Hingga kini karya-karyanya sudah diterjemahkan ke dalam 20 bahasa.

Sebagian besar karyanya menyuarakan perlunya memberontak dari tatanan yang tidak adil. Penjajahan dan perampasan hakadalah sesuatu yang harus dilawan. Karena ketidakadilan merupakan produk dari struktur, maka struktur itu juga harusdilawan.

Sepanjang dekade 60-an, perjalanan hidup Pram diwarnai dinamika yang sangat dramatis. Ia terjebak dalam perseteruanantara kubu Lekra (komunis) dan penandatanganan Manifes Kebudayaan. Ia terjepit dalam konflik politik antara kaumkomunis, agama, dan angkatan darat. Tak tahu apa-apa soal G 30 S, ia menjadi korban. Rumahnya digerebek, dokumen-dokumen berharga miliknya dihancurkan oleh tentara. Bagi seorang penulis, dokumen-dokumen tersebut ibarat nyawa.

Meski perjalanan hidupnya sebagian begitu getir, Pram tetap konsisten untuk terus menulis. Totalitasnya dalam duniakepenulisan tetap terjaga. Sayangnya, Pram belum atau tidak akan menyiapkan pengganti yang akan meneruskan jejaklangkahnya, “Jadi pengarang itu mengerikan. Anak-anak saya menyimak nasib ayahnya”, katanya. Akibat penyakit radangparu-paru yang diidapnya semakin kronis dan disertai komplikasi dengan penyakit jantung dan diabetes, Pram akhirnyamenutup lembaran kisah hidupnya pada hari Minggu tanggal 30 April 2006, jenazahnya di makamkan di pemakaman UmumKaret Bivak Jakarta Pusat. Selamat Jalan Pak Pram.***

(Dari Berbagai Sumber)

Soliloqui Hutan-Hutan

Dari Aceh, Kalimantan, Philipina, Meksiko dan Dataran Afrika
Hutan-hutan sedang menangis
Tangan-tangan peradaban dengan rakus
mencerabut keperawanan mereka
sampai ke akar-akarnya.

Suara hutan kini bukan lagi desau angin, gemericik air, ranting patah dan suara-suara binatang
Tapi gemuruh mesin-mesin
memekakkan telinga
:angkuh dan bising

Gerak angin hutan adalah suara kecemasan
Kecemasan penghuni jagad raya
Dan manusia?
Manusia yang selalu tergoda
terus saja membabat hutan tanpa kecemasan

Bumi bergetar
Udara panas dan beracun
Ozone bocor

Selaksa awan hitam dari balik jendela langit
bergerak ke bumi
mengabarkan duka yang panjang
bahkan episode kematian

Apakah hutan ini sebuah hadiah
untuk kita habiskan
ataukah titipan
untuk kita jaga?

Ternyata,
hutan adalah hadiah besar
dari sebuah pesta besar
dan kita merasa berhak
menghabiskan secepat-cepatnya.

Solo, 15 September 1995
(Dibacakan saat peringatan Hari Bumi 22 April 1996,di F. Geografi UMS)

Obituari Kota

Menelususri trotoar kota tengah malam
adalah menelususri jejak-jejak sejarah
dan keping-keping cerita yang tertinggal
Dalam setiap langkah terkuak satu-persatu sejarah
tentang kota-kota

Kota-kota dibangun di atas semangat eksploitasi
dan bukan keselarasan
hingga nampak wajah kota
yang dingin dan kejam

Semua orang berputar
dalam arus kuat perburuan
bagai laba-laba lepas dari jaringnya
:memakan atau dimakan

Seakan tak pernah henti
dalam lompatan waktu
orang-orang bergerak cepat
dikejar-kejar bayangnnya sendiri

Menelusuri kota tengah malam
adalah melihat jalanan yang macet dan pengap
debu-debu mengotori wajah
dan panas memanggang kepala
serta melihat manusia berebut tulang,
seperti anjing
Kemakmuran kota hanyalah milik mereka
yang diam di gedung-gedung menara
dan sisa-sisa hanya untuk mereka yang di pinggir kali, emper toko dan di jalanan

Menelusuri trotoar kota tengah malam
adalah mendengar suara-suara yang sulit dimengerti
karena setiap orang menciptakan kehidupan kota
di pikiran, hati, tangan, perut, taring dan air liur sendiri-sendiri

Orang-orang bertegur sapa hanya karena kepentingan
dan bukan cinta
karena cinta bisa didapat kelewat gampang
di diskotik, nite club, panti pijat sampai keremangan malam pinggir jalan
dengan beribu aroma purba yang ditawarkan

Menelusuri trotoar kota tengah malam
adalah meraskan diri sendiri sepi
di tengah keriuhan manusia dan kota

Solo, 15 September 1995
(Dibacakan saat peringatan Hari Bumi 22 April 1996,di F. Geografi UMS)

Mei 05, 2011

Sebuah Maaf


pagi terik menjelma buta
hening bukan sunyi lagi
mungkin kembali bersamudra
atau tenggelam oleh sepi

sedetik silam engkau berlalu
tapi masih kudengar aromamu
petuahmu menyihirku bisu
tertegun sndiri tiada ucap

aku sudah salah
aku mungkin berdosa
sungguh tiada harta kumiliki
kecuali cahaya dalam senja

namun bagaimana ku lukiskan maaf
bila kanvas hati enggan kau buka
bagaimana aku mendekati kalbu
bila sedetik kutemui kau berubah arah

kumohon jangan buka selimut dukamu
tataplah sejenak penyesalanku
suara hati ini seperti mabuk
bagai purnama tanpa cahaya

kususun tiap tangkai mawar maafku
di lantai yang berdindingkan perih
berharap merengkuh kembali senyumanmu
yang sirna karena diriku

mungkin musnah bagiku menggapai maaf
dan haram bagimu menghapus khilafku
namun hatiku terus mendayu
"Bukalah Tirai Maaf Untukku!"

Mei 03, 2011

Merindukan Senyum Sang Kartini


Gerimis turun perlahan
Menghapus lelah dari peraduan
Mendamaikan jiwa yang gamang
Sebab senja tak kunjung menjelang

Dalam duka, kita berguru pada hujan
Seperti air mencintai lautan

Ketika angin malam berhembus lembut
Gurat bahagia terpancar dari wajahnya
Meninggalkan duka…
Melepas gundah…

Namun, sang waktu merubah semua
Gurat bahagia, lautan tawa
Kini sirna tiada berbekas
Hanya tersisa bait-bait duka

Disini, masih ada lautan
Yang mencintai airnya sepenuh hati
Masih ada bulan
Yang selalu menanti kehadiran sang bintang

Seperti itulah aku menyayangimu
Tak akan kurang meski waktu
Kian merengkuh hati yang pilu,
Tersenyumlah kembali, KARTINIKU…

-selesai-

Kisah Sejarah [part 2]


Percakapan singkat (1)
Setelah berakhirnya jam pelajaran, Rasti beranjak menuju ruang Audio Visual menemui guru barunya itu. Rasti menyapu pandangannya ke seluruh sudut ruangan. Ternyata guru yang dicari berada di deretan meja paling depan disamping guru-guru PPL lainnya. Rasti masuk.
“Assalamu’alaikum.” Ucapnya dengan nada suara yang sengaja direndahkan. Alasannya sederhana, supaya hanya guru yang ditujunya saja yang mendengar. Ah, Rasti!
“Wa’alaikumsalam. Kamu Rasti yang tadi argumen di IPS 3 ya?”
Senangnya hati Rasti dihafal oleh seorang guru yang baru mengajar dikelasnya satu pertemuan. “Iya pak.” Rasti memang cenderung aktif di kelas. Apalagi untuk hal-hal yang menarik minatnya dan baginya perlu untuk diulas secara mendalam. Ditambah lagi, mata pelajaran yang satu ini disampaikan oleh guru muda dengan bahasa yang lugas. Rasti sangat suka orang yang baik dalam berbahasa. Mungkin Rasti sekedar kagum berlebihan.
“Argumen kamu bagus tadi, minat jadi politikus ya? Kamu ada perlu apa?”
“Makasih tapi enggak kok pak. Maaf nih pak, boleh saya minta soft copy materi Kerajaan Hindu-Buddha yang bapak jelaskan dikelas tadi?”
“Oh iya tentu saja boleh.” jawabnya ramah, “Kamu bawa flashdisk?” tanyanya lagi.
“Iya ini pak.” jawab Rasti sambil menyodorkan flashdisk unik berwarna biru miliknya.
Pak Arya mulai sibuk memindahkan data-data materi ke flashdisk Rasti. Rasti hanya mampu terpana melihat gerak-gerik gurunya yang tidak tampan itu. Setiap geraknya seolah merupakan dideteksi untuk selalu tampak sempurna. Tapi menurut Rasti, itu natural—tidak dibuat-buat—.
Diantara keheningan Pak Arya mulai membuka percakapan singkat. “Rasti, kamu calon ketua OSIS ya?”
Sambil tersenyum meringis Rasti menjawab, “Hehe iya pak, kok tau?”
“Ya tau lah, coba kamu liat mading Humas di depan ruang Advis ada apa!”
“Oh iya pak, saya tau kok.”
“Good luck ya, semoga jadi pemimpin yang baik. Kapan pemilihan?”
“Makasih pak. Kira-kira Senin depan deh pak setelah orasi. Minggu ini ada debat kandidat.”
“Debat kandidat? Oh disini diadain debat kandidat ya? Bagus tuh. Kapan?”
“Setau saya sih udah tradisi dari zaman dulu. Untuk tahun ini diadain hari Jum’at.”
“Dimana?” pertanyaan singkat sambil sibuk menatap layar monitornya.
Rasti masih memerhatikan setiap detail gerak-gerik gurunya. “Di sini pak.”
“Ruang Audio Visual?” tanyanya balik.
“Iya.”
“Oh iya, di kelas kamu ada dua kandidat ya? Yang satunya lagi yang mana, kok saya nggak tau ya!”
“Iya ada dua pak, yang satu lagi emang duduknya agak dibelakang.”
“Oh oke deh. Nih udah saya copy semua materi hari ini dan besok.” Pak Arya mengembalikan flashdisk Rasti.
“Makasih ya pak. Kalo gitu saya permisi dulu. Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikumsalam.”
Rasti berjalan keluar. Setelah melewati daun pintu, matanya menangkap sebuah poster berlatar-belakang warna kuning cerah. Berisi foto, data diri, proker unggulan, dan motto hidup. Itu adalah poster buatannya. Persyaratan utama untuk menggalang dukungan seantero sekolah agar mengenalnya. Namun bagi Rasti, poster tersebut tidak terlalu berpengaruh. Toh selama ini dia memang tidak terlalu dikenal diantara murid-murid 38 lainnya. Rasti hanya dikenal oleh sebagian guru-guru karena perilakunya yang santun. Juga karena dia salah satu siswa yang sedang diusahakan agar mendapat beasiswa sebab dia bukanlah siswa yang berasal dari keluarga berada.
Bagi Rasti, berapapun suara yang kelak ia dapatkan ketika pemilihan, itu tidak penting. Rasti sudah sangat yakin bahwa dia hanya akan menjadi Ketua 2 yang urutannya dibawah Ketua Umum dan Ketua 1. Dua kandidat lainnya bukanlah lawan yang seimbang. Mereka unggul karena memiliki banyak teman. Sementara Rasti unggul dalam keadaan sebenarnya. Bahasanya sangat teratur, dia mampu mengendalikan emosinya khususnya dihadapan khalayak banyak untuk memberikan hasil yang maksimal. Namun disamping itu, Rasti tidak terlalu banyak memiliki teman, apalagi dari kalangan kakak kelas.
Dalam hatinya, Rasti sudah sangat bersyukur bisa terpilih menjadi salah satu kandidat ketua OSIS. Rasti tidak memikirkan apa jabatannya kelak. Ia hanya akan berusaha untuk mempertanggungjawabkannya.
Setelah mendapatkan materi dari Pak Arya, Rasti segera berjalan keluar gerbang sekolahnya. Tugasnya belum selesai sampai disitu, Rasti masih harus mencari tiga orang tim sukses untuk membantunya dalam debat kandidat empat hari lagi. Juga memersiapkan diri agar memberikan yang terbaik.
Rasti menghentikan angkutan umum berwarna hijau, kopaja, kemudian menaikinya. Hanya itulah angkutan yang membawanya sampai ke rumah hanya dengan mengeluarkan ongkos seribu rupiah. Kalaupun ia harus menyebrang atau naik angkutan umum lainnya, itu hanya membuang-buang waktu karena terlalu jauh memutar. Meskipun sebenarnya, menunggu kopaja yang ia naiki sekarang adalah sama dengan membuang waktu. Maka dari itu, Rasti selalu membawa buku untuk dibaca ketika menunggu. Maklum, mungkin jumlah armada yang dioperasikan jauh dari kata cukup, sehingga penumpangnya harus rela menunggu hingga berjam-jam. Ditambah lagi kemungkinan mendapatkan kursi kosong sangatlah jarang, apalagi kalau hari sudah semakin sore.
“Alhamdulillah dapet kursi kosong.” tukas Rasti pelan sambil memilih kursi kosong di bagian paling depan.
Tangannya bergerak kilat mengambil ponsel Nokia 7500Prism biru miliknya. Membuka menu message dan menuliskan pesan ke banyak.

To :  is3 reisa, ia2 yuchan, is3 reyhan
Aslm. Minta tolong jadi tim sukses gue di debat kandidat hari jum’at sepulang sekolah di r.advis mau ngga?! Bls ya, makasih.
<send>

Rasti menyandarkan tubuhnya di kursi empuk kopaja yang ia naiki. Membuka tasnya kembali memasukkan ponsel kesayangan yang ia dapatkan dari tabungannya sendiri dan mengeluarkan buku berjudul PACARAN, setengah halal setengah haram. Rasti terbuai dalam bacaannya.
Ponselnya bergetar. Rasti belum mengubahnya dalam profil lain. Maklum saja, ponselnya selalu di silent selama berada di sekolah. Tiga buah pesan masuk. Rasti membacanya satu persatu.

<new message>
From :   ia2 yuchan
Received : 15:33:24pm [2.Aug.2010]
Okedeh rival q, walopun udah ngga sekelas tp ttep gue bantu ko. Tenang aja. Sama siapa aja emang?

Rasti menekan tombol reply.

To : ia2 yuchan
Thanks ya, sama reisa sos3 temen lo di kir, sama reyhan anak baru sos3. Jum’at jangan cepet-cepet pulang okeh. Ada konsumsi gratis kok buat lo.
<send>

Rasti membuka dua pesan lainnya. Keduanya setuju. Alhamdulillah, batin Rasti. Rasti membalas keduanya mengucapkan terimakasih. Kini masalah Rasti berkurang satu. Rasti baru saja hendak merebahkan tubuhnya pada kasur empuk di kamarnya ketika teringat bahwa ia belum shalat Ashar. Rasti bangun kembali, mengambil air wudhu, mengenakan mukena berwarna baby blue favoritnya dan larut dalam khusyuknya.

ᾃ TO BE CONTINUED ᾃ