...aku menari bersama senja diiringi nyanyian hujan yang membekukan... ..

☂☂☂

Januari 31, 2013

Payphone - Maroon 5


I'm at a payphone trying to call home
All of my change I spent on you
Where have the times gone
Baby it's all wrong,
Where are the plans we made for two?

Yeah, I, I know it's hard to remember
The people we used to be
It's even harder to picture
That you're not here next to me
You say it's too late to make it
But is it too late to try?
And in our time that you wasted
All of our bridges burned down

I've wasted my nights
You turned out the lights
Now I'm paralyzed
Still stuck in that time when we called it love
But even the sun sets in paradise

I'm at a payphone trying to call home
All of my change I spent on you
Where have the times gone
Baby it's all wrong, 
Where are the plans we made for two?

If happy ever after did exist
I would still be holding you like this
All those fairytales are full of shit
One more stupid love song I'll be sick

You turned your back on tomorrow
Cause you forgot yesterday
I gave you my love to borrow
But just gave it away
You can't expect me to be fine
I don't expect you to care
I know I've said it before
But all of our bridges burned down

I've wasted my nights
You turned out the lights
Now I'm paralyzed
Still stuck in that time when we called it love
But even the sun sets in paradise

I'm at a payphone trying to call home
All of my change I spent on you
Where have the times gone
Baby it's all wrong, 
Where are the plans we made for two?

If happy ever after did exist
I would still be holding you like this
All those fairytales are full of shit
One more stupid love song I'll be sick

I'm at a payphone trying to call home
All of my change I spent on you...



friend.

"Life is an awful, ugly place to not have a best friend."

 - Sarah Dessen, Someone Like You

Januari 28, 2013

Tentang Kata "Sahabat"

Aku pernah terjaga ketika detik baru saja menyapa hari yang baru. Tidak sedang melakukan apa-apa. Hanya diam. Hanya terdiam. Karena tak ada satu hal pun yang dapat kulakukan, kecuali.... ya. Akhirnya aku menulis. Setelah lelah hanya memandang kosong pada langit-langit kamar yang mulai berdebu. 

Huruf demi huruf menari dan membentuk serangkaian puisi. Tentang kata "sahabat". Tentang betapa bodohnya aku menganggap orang lain sahabat. Tentang dalamnya kecewaku pada kata ini. Juga tentang gilaku menantikan hal semu ini.

Benarkah "sahabat" itu hanya ilusi?
Bila kau bertanya padaku saat itu dan beberapa waktu setelahnya, maka aku akan berkata YA. Sebab tipu dayanya selalu menjerumuskanku pada sebuah pengharapan yang hanya bisa menyisakan luka. Berkali-kali aku bersabar dan berbaik hati pada mereka yang katanya sahabat. Tapi, nyatanya mereka hilang begitu saja tanpa jejak. Asyik dengan dunia baru dan bersikap (mungkin) seolah-olah aku tak pernah hadir. Sekalipun dulu kami begitu dekat.
Begitu selalu berulang.


Sayangnya, tidak untuk saat ini. Lebih tepatnya: TIDAK SEPENUHNYA. Sekalipun masih tersisa ketidakpercayaan tersebut, tapi kenyataan telah menghadirkan kisah indah dibalik sebuah jalinan persahabatan padaku. Dan sampai saat ini, senyum telah berkali-kali terpancar karenanya. Karena kehadiran malaikat-malaikat yang entah dari mana asalnya

Dulu aku menangis. Ketika aku merangkaikan puisi kesepianku itu. 
Namun, kini aku tersenyum. Saat kunang-kunang malamku bergantian hadir dan memberi cahaya pada gelap ha(r/t)iku.

Aku yang dulu kece...pian :')

Saat Januari Hendak Berakhir

Saat Januari hendak berakhir, aku masih terjaga. Entah menanti apa, entah merindukan apa. Aku tak tahu.. tak pernah tahu.. atau mungkin belum tahu..

Bukan lagi kata "ya".
Tidak lagi ucap "tidak".
Bukan keduanya yang kunantikan.

Entah..
Entahlah..

Satu yang pasti, masih ada rasa yang tercekat.

Januari 27, 2013

Terima Kasih :)

18!

Sepagi tadi, tiga perempuan menghampiri kamarku dengan kejutan yang tak pernah kusangka. Terima kasih; Nurul Sandriyani, Ina Nur Janah, Dania Clarisa.




Berlanjut kepada sebuah janji, berkaitan dengan tugas dan kewajiban--yang tiba-tiba digagalkan.

Alhasil, disinilah kami. Enam orang yang duduk manis pada sebuah sudut yang menghadap langsung ke luar. 
Semula--ketika aku datang--baru ada dua diantara mereka. Tiga yang lain terlambat begitu lama. Ternyata, ketika mereka datang, dibawakannya kue dan hadiah :)


Terselip pula surprise yang lain. Yaitu, dua donat dengan lilin super besar :D 


Terima kasih:

  • Arnindia
  • Donna Pratiwi
  • Fadlillah Octa Noviari
  • Naila Syahidah
  • Zaenab Lubis
juga.... Astri Ratnasari yang tidak bisa hadir :')



Jayesslee - Officially Missing You

♫ Officially Missing You~

Ooh..
Can't nobody do it like you
Say every little thing you do
Hey, baby..
Say it stays on my mind
And I-I'm officially missing you


Officially Missing You - Tamia
lirik selengkapnya [disini]
Jayesslee version [disini]

Boleh Aku Jujur?

Aku rindu. Titik.

Nyatanya, Inilah Hidup..


Aku pernah merasa begitu diperhatikan
Namun tak jarang aku terabaikan

Dua tahun lalu hariku begitu ramai
Tapi tak sama dengan tahun lalu yang penuh kehampaan

Pernah aku disapa bahagia bertubi-tubi
Tepat setelah itu semuanya sirna sekejap mata

Mereka berpasangan
Semua tercipta berpasangan
Erat
Tak terpisahkan

Maka tak pantas kita berkata bahwa hidup ini tak adil.
Karena sebenarnya...
Hidup ini tak sepenuhnya adil,
Namun juga tak sepenuhnya tak adil.

Maknai detik yang masih terlukis dalam harimu secara berarti.
Karena sejatinya, detik yang sudah lewat itu memiliki kisahnya sendiri di masa datang.
Ia bukan hanya sembarang lewat, tetapi juga meninggalkan ceritanya masing-masing.
Kelak kau akan mengingatnya. Susah payah.

Dan nyatanya, inilah hidup...
Suka dan duka akan bergiliran menghampirimu, dengan proporsi yang sempurna :')

Januari 26, 2013

Biru pada Januari by Aditia Yudis


Akan kuberitahu kau satu hal
yang paling kuinginkan saat ini...

Waktu berhenti sehingga aku dan kau
terbingkai dalam keabadian.

Aku tak ingin semua berlalu,
seringkas embun meninggalkan pagi.
Simpan saja kata-kata bersalut madumu.
Aku tak butuh rayu,
aku hanya ingin bersamamu.

Selalu.

Januari 22, 2013

Bicara Cinta


Jika telah sampai pada suatu masa, ketika cinta mendominasi semua. Maka tak satu pun mampu mengelak, Bahwa hidupnya, hatinya, harinya, terselubungi cinta.
Tapi sebenarnya... apa itu "cinta"?

Ada yang bilang, cinta itu indah. Seindah apa?
Aku tak mengerti definisi cinta dan segala tetek-bengek-nya. Namun satu hal yang kutahu pasti, cintaa takkan pernah lekang oleh apa pun.
Cinta terjadi lintas masa.

Buktinya?

  • Kau masih hidup sampai saat ini dan membaca tulisan ini,
  • Masih ada desiran hebat saat kau berdampingan dengan orang yang kau cinta,
  • Langit masih tegak menaungi seluruh makhluk yang menyimpan cinta.
Tanya pada nuranimu, bahwa cinta bukan hanya ilusi.
Cinta terhadap apa-dan-siapa pun. Maka itulah sesuatu yang kekal adanya.

Januari 17, 2013

Surat Kepergian..


Ragamu boleh pergi. Tetapi hatimu masih tertinggal disini. Izinkan aku untuk tetap menjaganya, sepenuh dan setulus hati. Semua kenangan tentang dirimu takkan pernah bisa terhapus begitu saja. Dua tahun bukanlah waktu yang singkat. Meskipun aku belum mengerti betul arti yang sesungguhnya. Namun, nuraniku telah menjelaskan. Bahwa sebuah kebersamaan menyimpan makna yang mendalam.
Kini aku beranjak dewasa. Mulai memahami arti kebersamaan. Tapi, sayang, semua harus diakhiri secara tiba-tiba. Kamu pergi. Ragamu pergi, meninggalkanku.
Aku berharap bisa bangkit. Dari kehampaan sisa kepergianmu. Aku pikir, aku bisa. Nyatanya tidak. Atau mungkin belum. Semuanya tak mudah.


Januari 16, 2013

Mengapa Harus Kecewa?



Mengapa kau kecewa saat kau patah hati?
Padahal kau sadar, Sang Pencipta telah menyediakan yang terbaik dari yang paling baik.

Mengapa kau kecewa saat tak satupun mampu memahami dirimu?
Padahal Sang Penguasa telah menyediakan sahabat terbaik yang menunggumu di alam yang lebih abadi.

Mengapa kau kecewa saat banyak masalah menghampiri?
Padahal kau tahu, Pencipta Alam ini telah menyediakan petunjuk beserta jalan keluarnya.

Lantas, mengapa kau harus kecewa?

Saat Aku Menulis..


Banyak kisah yang enggan kutumpahkan
Hingga pada akhirnya, tibalah saat itu
Saat aku menulis.

Saat aku menulis,
Seluruh rangkuman cerita berlomba-lomba mencapai ujung jari
Jutaan kenangan meronta untuk diluapkan
Buih-buih perasaan memohon untuk dirangkai
Berpadu dalam kata
Menyatu dalam karya


Januari 13, 2013

Pekuburan Cinta


-1-

Pelangiku kelabu. Bulir-bulir air hangat ini tumpah ruah. Meluruhkan mejikuhibiniu keanggunannya. Ia meninggal.
Meninggal.
Ya. Ia sudah tiada. Kenangannya telah terkubur bersama raganya. Raga yang selalu membelai gundahku. Raga yang menjadi sandaran rapuhku. Raga yang menyatukan serpihan-serpihan kisah tak bernyawa. Namun, kini dihancurkannya lagi. Tinggal gelap yang menyiksaku.
Semburat cahaya lilin dari kue ulang tahun masih menemani hening. Sedari tadi. Tak muncul sedikitpun niatku untuk memadamkannya. Sekalipun angka tujuh belas begitu manis terbakar olehnya.
Sweet seventeen. Ya. Tujuh belas tahun yang begitu indah, sekaligus memilukan. Betapa tidak?
Hampir dua puluh empat jam lalu, sesaat setelah aku dibuat begitu bahagia karena menerima ucapan ulang tahun yang pertama –darinya– aku harus mengikhlaskan kepergiannya. Rayi.

PING!!!
PING!!!
PING!!!
PING!!!
PING!!!
Getar-getar segaja ini membangunkanku dari lamunan panjang alam mimpi. Tak lama kemudian, sebuah nada dering yang amat kurindukan terdengar dari salah satu sudut ranjang tempatku rebah.
Aku terduduk.
Klik.
“Happy sweet seventeen, sayang. Semogabla..bla..bla.. Suara diujung telepon terdengar amat bahagia. Begitupun diriku, dengan nyawa yang hampir terkumpul sempurna.
“Makasih ya, sayang.” Senyumku mengembang. Pandanganku terarah pada sepucuk surat yang muncul dari dalam kotak biru muda di dekat meja rias. Pasti mama yang meletakkannya disana, “kotak itu dari kamu?”
“Kotak yang mana, ya?”
“Hayo, jangan bohong sama aku.”
“Hehe, iya.” Cengirannya terekam jelas oleh memoriku. Pasti saat ini ia sedang menampakkan air muka yang sama.
“Makasih ya, Ra.”
“Udah, ah. Jangan bilang makasih terus. Kamu do’ain aku aja supaya nanti pagi udah bisa sampai Jakarta dengan selamat. Lantas bisa kasih surprise ke kamu.”
“Iya, iya.. Aku selalu do’ain kamu, kok. Dan kamu nggak perlu kasih surprise apa-apa lagi buat aku. Ini semua udah cukup, Ra.”
Tak ada suara yang menyahut.
“Dengan kamu menjadi pengucap dan pemberi hadiah pertama-pun udah cukup. Aku sayang kamu. Kamu hati-hati ya.”
Tut.. tut.. tut..
Telepon terputus.

Senyumku masih tersisa. Aku berharap detik ini akan selalu menjadi teman setiaku. Sekalipun kantuk menyergap. Aku kembali tertidur. Membawa semua kenangan tentang Rayi ke alam mimpi.


...Kamu do’ain aku aja supaya nanti pagi udah bisa sampai Jakarta dengan selamat. Lantas bisa kasih surprise ke kamu...
Deg.
Tangisku tumpah. Baru saja Tante Intan, mamanya Rayi, mengabariku tentang berita duka ini. Rayi pergi. Ternyata, kalimat terakhir Rayi semalam adalah benar-benar kalimat terakhirnya. Selamanya.
  Rayi mengalami kecelakaan serius saat mengendarai mobilnya menuju Jakarta. Padahal dalam waktu yang hampir bersamaan, bunga-bunga kebahagiaanku masih belum berhenti bermekaran. Seolah terjadi stock split[1] padanya.


Angka tujuh belas itu masih disana. Masih terbakar oleh api pertanda perpisahan. Aku masih belum berniat memadamkannya.
Pikiranku mengawang. Kuputuskan untuk melangkahkan kaki keluar, mencari sedikit kesejukan. Taman.
Salah! Adalah keputusan yang salah aku melangkah kesini. Nyatanya, lampu-lampu taman dan penataan meja yang begitu rapi menyisakan kenangan terakhir tentang Rayi. Rupanya, ia telah mempersiapkan pesta ulang tahunku dengan begitu indah melalui invisible hand-nya yang ada di Jakarta, Rama. Sekalipun raganya dituntut untuk fokus pada penelitian yang sedang dikerjakan, pikirannya tak sepenuhnya mampu memungkiri bahwa rasa sayangnya padaku begitu tulus. Terpaut usia lima tahun tak pernah sedikitpun membuatnya ragu. Katanya, aku berbeda. Aku tidak manja seperti kebanyakan remaja labil seusiaku. Aku manja pada saat-saat yang semestinya, begitu pendapat Rayi.
Aku selalu dibuatnya bahagia. Tersenyum adalah satu-satunya kebiasaanku ketika disisinya dan saat mengingatnya. Aku sayang Rayi.
Hujan lagi. Pelupuk mata ini sudah lelah menelurkan butir-butir kepedihan sejak tadi. Namun, apa daya. Perih masih saja hinggap saat raga sudah tak nampak.

Langkahku mendekati rangkaian bunga di sudut sebuah meja yang paling besar. Indah. Pasti Rayi yang memesan rangkaian detail khusus ini, gumamku. Aku selalu ingat bahwa Rayi selalu memilihkan bunganya sendiri. Detail rangkaiannya-pun selalu harus....perfectly.
Tanganku mengusap air mata yang hendak turun lagi. Aku berusaha membendungnya dari hadapan bunga terakhir persembahan Rayi.
Hatiku perih. Masih perih. Aku belum dapat percaya sepenuhnya kekasihku sudah tiada. Padahal beberapa malam sebelumnya ia masih memelukku. Erat. Sebuah pertanda perpisahan yang baru kusadari detik ini.
Aku kembali ke kamar. Lilin itu masih saja disana. Kuhampiri, kupadamkan perlahan.
Gelap. Layaknya malam yang semakin larut. Serupa nyawaku.
Kuletakkan rangkaian bunga di sudut meja rias. Kurebahkan tubuh yang teramat lelah ini. Kubiarkan nyawaku pergi ke belantara alam bawah sadar.


[1]     Stock split merupakan istilah ekonomi yang setara dengan proses pembagian saham menjadi dua bagian, sehingga jumlah saham yang sudah ada menjadi berlipat dan diharapkan dapat menaikkan harga jual saham di pasar.