...aku menari bersama senja diiringi nyanyian hujan yang membekukan... ..

☂☂☂

Maret 31, 2013

Sedekat Jarak

Bukan aku tak berniat menghampiri, hanya saja masih banyak sekat tak kentara disini. Langkahku tersekap dalam balutan jaring-jaring alasan ketidakberanian. Semula aku hanya berpikir bahwa mengagumi dari jauh saja cukup. Dan batas aku memandangimu ini akan selalu menjadi saksi. Sebab nyatanya, selalu ditempat inilah aku berhasil menggapai rupamu yang gagah.



Bicara jarak, begitu banyak yang tercipta diantara kita. Entahlah. Tapi itu justru membuatku selalu bersinar saat menyadari aku bisa mengagumi sosokmu. Ada yang bilang, bahwa yang diawali dengan rasa kagum akan mengalir fluktuatif seindah arus yang bermuara pada lautan. Mungkinkahku?

Padahal, kita bukan teman satu angkatan. Kita belum pernah berkenalan. Tak satupun ada yang menjadi perantara kenalnya kita. Kita belum pernah terlibat pada satu hal yang sama. Kita pribadi yang berbeda. Intinya semua alasan berpihak pada jarak antara kita berdua. Bahkan mungkin kau belum pernah melihatku. Namun, pada kenyataannya, jarak-jarak itulah yang membuatku sedekat ini mengagumimu. Salam, staff bidang serupa berbeda dimensi waktu dan masa.

Maret 26, 2013

Bisik Rindu Sudut Keyakinan

Merindumu bukan perkara mudah.
Sebab...
Tak sedikitpun kisah yang terlanjur terjadi dapat dihapus.
Hanya seluruh rasa yang mampu menenggelamkannya.
Namun, apa daya?

Perlahan.. namun (mungkin) pasti.
Ya.
Kelak.
Suatu saat.



Salam untukmu, langit yang selalu dirindu bintangnya :")

Maret 16, 2013

Hanya dengan Senyum

Pagi, semesta.
Salam untuk seluruh makhluk yang menutup hari kemarin penuh senyuman :)
Karena:
Hanya dengan senyum gundahmu sirna
Hanya dengan senyum harimu bercahaya
Hanya dengan senyum bahagiamu bermula
Hanya dengan senyum kisahmu bercerita
Hanya dengan senyum lelah pasti berdusta
Hanya dengan senyum sukses kian tercipta
Hanya dengan senyum pangeran akan jatuh cinta
Dan..
Hanya dengan senyum, kau bersahabat dengan seluruh isi dunia..

Maret 15, 2013

"Lingkaran Kecil"-ku

Terlambat.
Sudah dua jam berjalan ketika aku baru saja datang. Mungkin ini lebih baik daripada tidak sama sekali. Setidaknya, seluruh niat sudah terkumpul sempurna untuk hadir, sekalipun kesempatan tak sepenuhnya mendukung. 

Acara berjalan begitu mengalir. Meskipun aku merasa belum sepenuhnya paham. Tapi... aku mau belajar! Sungguh! Biarlah niat ini tersimpan dan mengekspresikan diri dengan caranya sendiri. Nanti. 

Kami tertawa dan sesekali bercanda ringan ditengah topik yang dibahas dalam forum. Semula aku merasa nyaman. Sayangnya, ketika isu mulai minta ditanggapi, lingkaran kecil ini mulai menunjukkan keseriusannya. Dan--lagi-lagi--aku merasa belum paham dengan semua ini. Seolah-olah penerimaanku disini adalah salah, hanya karena aku yang selalu merasa paling tidak tahu apa-apa tentang hal-hal yang dibahas disini.

Harus kuakui, sejak waktu penerimaan tersebut, detik dan menit meraut kepolosan hidup ini. Mulai muncul setitik ambisi dan keinginan lain. Sayangnya, hal itu sekarang seolah mustahil. Sebab ku merasa salah stretegi sejak awal. Kemudian aku harus apa?



Fokus disini dan mulai "menunjukkan" diri.
Ya! Sepertinya itu hal yang tepat.
Bukan! Bukan lagi 'sepertinya'. Melainkan: Itulah hal yang tepat!
Bismillah...

n's

Maret 12, 2013

Terlahir Kecewa

Pernahkah kau berpikir untuk apa kau dilahirkan?

Renungkan satu detik pagi harimu, dan rasakan aroma ketidakpastian darinya. Kemudian rentangkan asa segenap jiwa, maka kau akan merasa lepas. Tapi tidak ketika kecewa sudah terlalu tergesa-gesa mengejarmu. Senyum tulus yang susah payah kau kumpulkan dari baris-baris energi akan sirna tiada berbekas. Yang tinggal hanyalah haru kekecewaan.


dari sudut yang terlahir untuk dikecewakan.

Maret 11, 2013

Ketika Sudut Bercerita

Sesore ini aku masih termangu dalam sepi. Tak sesenti perjalananpun memunculkan makna tersembunyinya. Ingatanku terhambur pada hujan tahun-tahun silam.

Pada hujan kala itu, kita berteduh dibawah genting yang sudah renta. Dua motor terparkir tak beraturan. Aku berdiri pada sisi aman lebih dalam. Sementara kalian berdua berdiri membelakangiku. Pembicaraan kalian kurasakan semakin hangat dalam aroma keakraban dua sahabat. Sesekali kepala kalian menoleh satu per satu, seolah mengajakku untuk larut. Sayangnya, tak sepenuhnya perbincangan kalian kumengerti. Sebagai satu-satunya perempuan sekaligus yang termuda, aku hanya bisa diam dan sesekali tersenyum. Hingga akhirnya, satu diantara kalian berhasil membuatku jatuh. Jatuh dalam lubang pengkhianatan.


Pada hujan yang sama dalam dimensi waktu yang berbeda. Deru motor mengalun semakin lambat. Lajunya tiba-tiba terhenti pada sebuah kios yang ditinggalkan pemiliknya. Atap yang sempit terpaksa menaungi kami berdua. Hanya tempat inilah yang paling cepat kami capai ketika rombongan rintik hujan menyerbu. Tidak ada pilihan lain.
Detik dan menit berlarian dihadapan kami. Namun hujan tak kunjung pergi. Sementara aku masih saja meratap pada langit terang bersimbah petir.

Sudut hujanku menembus waktu. Kini ceritanya usai tapi belum hangus. Masih ada ruang yang menyimpannya. Abadi.