...aku menari bersama senja diiringi nyanyian hujan yang membekukan... ..

☂☂☂

Mei 03, 2011

Kisah Sejarah [part 2]


Percakapan singkat (1)
Setelah berakhirnya jam pelajaran, Rasti beranjak menuju ruang Audio Visual menemui guru barunya itu. Rasti menyapu pandangannya ke seluruh sudut ruangan. Ternyata guru yang dicari berada di deretan meja paling depan disamping guru-guru PPL lainnya. Rasti masuk.
“Assalamu’alaikum.” Ucapnya dengan nada suara yang sengaja direndahkan. Alasannya sederhana, supaya hanya guru yang ditujunya saja yang mendengar. Ah, Rasti!
“Wa’alaikumsalam. Kamu Rasti yang tadi argumen di IPS 3 ya?”
Senangnya hati Rasti dihafal oleh seorang guru yang baru mengajar dikelasnya satu pertemuan. “Iya pak.” Rasti memang cenderung aktif di kelas. Apalagi untuk hal-hal yang menarik minatnya dan baginya perlu untuk diulas secara mendalam. Ditambah lagi, mata pelajaran yang satu ini disampaikan oleh guru muda dengan bahasa yang lugas. Rasti sangat suka orang yang baik dalam berbahasa. Mungkin Rasti sekedar kagum berlebihan.
“Argumen kamu bagus tadi, minat jadi politikus ya? Kamu ada perlu apa?”
“Makasih tapi enggak kok pak. Maaf nih pak, boleh saya minta soft copy materi Kerajaan Hindu-Buddha yang bapak jelaskan dikelas tadi?”
“Oh iya tentu saja boleh.” jawabnya ramah, “Kamu bawa flashdisk?” tanyanya lagi.
“Iya ini pak.” jawab Rasti sambil menyodorkan flashdisk unik berwarna biru miliknya.
Pak Arya mulai sibuk memindahkan data-data materi ke flashdisk Rasti. Rasti hanya mampu terpana melihat gerak-gerik gurunya yang tidak tampan itu. Setiap geraknya seolah merupakan dideteksi untuk selalu tampak sempurna. Tapi menurut Rasti, itu natural—tidak dibuat-buat—.
Diantara keheningan Pak Arya mulai membuka percakapan singkat. “Rasti, kamu calon ketua OSIS ya?”
Sambil tersenyum meringis Rasti menjawab, “Hehe iya pak, kok tau?”
“Ya tau lah, coba kamu liat mading Humas di depan ruang Advis ada apa!”
“Oh iya pak, saya tau kok.”
“Good luck ya, semoga jadi pemimpin yang baik. Kapan pemilihan?”
“Makasih pak. Kira-kira Senin depan deh pak setelah orasi. Minggu ini ada debat kandidat.”
“Debat kandidat? Oh disini diadain debat kandidat ya? Bagus tuh. Kapan?”
“Setau saya sih udah tradisi dari zaman dulu. Untuk tahun ini diadain hari Jum’at.”
“Dimana?” pertanyaan singkat sambil sibuk menatap layar monitornya.
Rasti masih memerhatikan setiap detail gerak-gerik gurunya. “Di sini pak.”
“Ruang Audio Visual?” tanyanya balik.
“Iya.”
“Oh iya, di kelas kamu ada dua kandidat ya? Yang satunya lagi yang mana, kok saya nggak tau ya!”
“Iya ada dua pak, yang satu lagi emang duduknya agak dibelakang.”
“Oh oke deh. Nih udah saya copy semua materi hari ini dan besok.” Pak Arya mengembalikan flashdisk Rasti.
“Makasih ya pak. Kalo gitu saya permisi dulu. Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikumsalam.”
Rasti berjalan keluar. Setelah melewati daun pintu, matanya menangkap sebuah poster berlatar-belakang warna kuning cerah. Berisi foto, data diri, proker unggulan, dan motto hidup. Itu adalah poster buatannya. Persyaratan utama untuk menggalang dukungan seantero sekolah agar mengenalnya. Namun bagi Rasti, poster tersebut tidak terlalu berpengaruh. Toh selama ini dia memang tidak terlalu dikenal diantara murid-murid 38 lainnya. Rasti hanya dikenal oleh sebagian guru-guru karena perilakunya yang santun. Juga karena dia salah satu siswa yang sedang diusahakan agar mendapat beasiswa sebab dia bukanlah siswa yang berasal dari keluarga berada.
Bagi Rasti, berapapun suara yang kelak ia dapatkan ketika pemilihan, itu tidak penting. Rasti sudah sangat yakin bahwa dia hanya akan menjadi Ketua 2 yang urutannya dibawah Ketua Umum dan Ketua 1. Dua kandidat lainnya bukanlah lawan yang seimbang. Mereka unggul karena memiliki banyak teman. Sementara Rasti unggul dalam keadaan sebenarnya. Bahasanya sangat teratur, dia mampu mengendalikan emosinya khususnya dihadapan khalayak banyak untuk memberikan hasil yang maksimal. Namun disamping itu, Rasti tidak terlalu banyak memiliki teman, apalagi dari kalangan kakak kelas.
Dalam hatinya, Rasti sudah sangat bersyukur bisa terpilih menjadi salah satu kandidat ketua OSIS. Rasti tidak memikirkan apa jabatannya kelak. Ia hanya akan berusaha untuk mempertanggungjawabkannya.
Setelah mendapatkan materi dari Pak Arya, Rasti segera berjalan keluar gerbang sekolahnya. Tugasnya belum selesai sampai disitu, Rasti masih harus mencari tiga orang tim sukses untuk membantunya dalam debat kandidat empat hari lagi. Juga memersiapkan diri agar memberikan yang terbaik.
Rasti menghentikan angkutan umum berwarna hijau, kopaja, kemudian menaikinya. Hanya itulah angkutan yang membawanya sampai ke rumah hanya dengan mengeluarkan ongkos seribu rupiah. Kalaupun ia harus menyebrang atau naik angkutan umum lainnya, itu hanya membuang-buang waktu karena terlalu jauh memutar. Meskipun sebenarnya, menunggu kopaja yang ia naiki sekarang adalah sama dengan membuang waktu. Maka dari itu, Rasti selalu membawa buku untuk dibaca ketika menunggu. Maklum, mungkin jumlah armada yang dioperasikan jauh dari kata cukup, sehingga penumpangnya harus rela menunggu hingga berjam-jam. Ditambah lagi kemungkinan mendapatkan kursi kosong sangatlah jarang, apalagi kalau hari sudah semakin sore.
“Alhamdulillah dapet kursi kosong.” tukas Rasti pelan sambil memilih kursi kosong di bagian paling depan.
Tangannya bergerak kilat mengambil ponsel Nokia 7500Prism biru miliknya. Membuka menu message dan menuliskan pesan ke banyak.

To :  is3 reisa, ia2 yuchan, is3 reyhan
Aslm. Minta tolong jadi tim sukses gue di debat kandidat hari jum’at sepulang sekolah di r.advis mau ngga?! Bls ya, makasih.
<send>

Rasti menyandarkan tubuhnya di kursi empuk kopaja yang ia naiki. Membuka tasnya kembali memasukkan ponsel kesayangan yang ia dapatkan dari tabungannya sendiri dan mengeluarkan buku berjudul PACARAN, setengah halal setengah haram. Rasti terbuai dalam bacaannya.
Ponselnya bergetar. Rasti belum mengubahnya dalam profil lain. Maklum saja, ponselnya selalu di silent selama berada di sekolah. Tiga buah pesan masuk. Rasti membacanya satu persatu.

<new message>
From :   ia2 yuchan
Received : 15:33:24pm [2.Aug.2010]
Okedeh rival q, walopun udah ngga sekelas tp ttep gue bantu ko. Tenang aja. Sama siapa aja emang?

Rasti menekan tombol reply.

To : ia2 yuchan
Thanks ya, sama reisa sos3 temen lo di kir, sama reyhan anak baru sos3. Jum’at jangan cepet-cepet pulang okeh. Ada konsumsi gratis kok buat lo.
<send>

Rasti membuka dua pesan lainnya. Keduanya setuju. Alhamdulillah, batin Rasti. Rasti membalas keduanya mengucapkan terimakasih. Kini masalah Rasti berkurang satu. Rasti baru saja hendak merebahkan tubuhnya pada kasur empuk di kamarnya ketika teringat bahwa ia belum shalat Ashar. Rasti bangun kembali, mengambil air wudhu, mengenakan mukena berwarna baby blue favoritnya dan larut dalam khusyuknya.

ᾃ TO BE CONTINUED ᾃ

Tidak ada komentar: