diceritakan kembali oleh nitalaras dengan perubahan.
naskah asli pada kumpulan dongeng Bobo 41
Hiduplah seorang gadis cantik bernama
jelita bersama kakeknya yang buta di sebuah desa terpencil yang permai. Setiap
hari ia merawat kebun sayurnya. Suatu ketika, seusai jelita bekerja di kebun,
ia bergegas menuju sungai untuk mencuci pakaian. Namun setelah beberapa menit
jelita menyadari ada sebuah kotak yang tersangkut diantara ranting yang tumbuh
di tepi sungai. Kotak yang terbuat dari emas tersebut mengalihkan pandangan
jelita. Sejenak kemudian ia berpindah mendekati kotak tersebut. Betapa riangnya
jelita menemukan kotak tersebut. Ia berniat menjualnya untuk biaya berobat
kakekknya. Namun ia tiba-tiba berubah pikiran.
“Ah sebaiknya aku kembalikan kepada
pemiliknya. Mungkin aku harus meminta bantuan ki barep.” gumamnya dalam hati.
Jelita segera pergi ke alun-alun desa untuk menemui Ki Barep, kepala dusun yang
terkenal cerdik.
∞∞∞
Di gerbang alun-alun, seorang gadis
berparas cantik baru saja datang. “Hah! Mau apa kau kesini?” hadang Mangir
kasar, ia adalah putri bangsawan terkaya di kabupaten tersebut. Dahulu,ayah
Jelita bekerja pada keluarga kaya itu.
“Selamat siang, Den Ayu Mangir,” sapa
Jelita hormat.
Mangir membalasnya dengan sinis. Ia
mengira Jelita datang ke alun-alun desa yang saat itu sedang diadakan pesta, untuk
berkenalan dengan Pangeran Tresna. Ia menghardik Jelita terus-menerus. Kemudian
ketika ia melihat Jelita membawa sebuah kotak, sikapnya tiba-tiba berubah. Ia
bertanya asal-usul kotak tersebut dan mengaku sebagai pemiliknya. Jelita
percaya begitu saja dan menyerahkannya pada Mangir.
Jelita yang merasa tugasnya telah
selesai kembali pulang kerumah. Sementara Mangir sibuk menerka apa isi kotak
tersebut dan memikirkan cara untuk dapat membukanya. Dibawanya kotak itu ke
pesta penyambutan Pangeran Tresna. Ia berfikir akan memberikannya kepada
Pangeran sebagai ucapan selamat datang. Untuk membukanya, mungikin ia harus
meminta bantuan KI Barep.
∞∞∞
Sesampainya di alun-alun desa, Mangir
segera berjalan mendekati Pangeran Tresna. Pangeran Tresna yang melihat Mangir
membawa kotak yang ia kenali, seketika teringat sesuatu. Ia teringat pada kotak
emas berisi mahkota bertahta kan permata berwarna hijau yang hanyut di sungai
ketika dibawanya dalam pengembaraan beberapa waktu silam. Ia yakin kotak itulah
yang dibawa oleh Mangir saat ini. Pikirannya tiba-tiba terbuyarkan oleh suara
Mangir yang diperhalus.
“Pangeran, perkenankan saya memberikan
kotak ini kepada pangeran” ucap Mangir penuh percaya diri, meskipun sebenarnya
ia masih bingung bagaimana cara untuk membukanya.
Pangeran Tresna menerima kotak itu
denagn senang hati. Kali ini Pangeran Tresna sudah sangat yakin itulah kotak
yang selama ini hilang. Segera ia mengeluarkan sebuah kunci dari sakunya dan
berkata, “Terima kasih Mangir. Juga atas kunci ini yang kau berikan sebelumnya.
Kini aku mengerti.” Pangeran tersenyum pada Mangir, mengisyaratkan sesuatu.
Mangir yang sebenarnya belum mengerti
penuh, terpaksa mengikuti isyarat Pangeran Tresna. Ternyata, Pangeran berusaha
menyembunyikan Mangir agar tidak merasa dipermalukan dihadapan rakyat yang
hadir di alun-alun.
Jakarta, Minggu-06 Maret
2011