Hari Bumi.
Hari Bumi, 22 April, merupakan peringatan
tahunan yang diakui secara internasional oleh seluruh negara di belahan dunia. “Hari Bumi” ini sendiri disebut-sebut sebagai
harinya para pecinta lingkungan. Bagaimana tidak, puluhan tahun silam ketika
pencanangan “Hari Bumi”, terjadi aksi turun ke jalan oleh sekitar 200 juta orang
untuk mengkampanyekan perlindungan lingkungan hidup. Aksi besar-besaran ini
diprakarsai oleh senator asal Amerika Serikat, Gaylord Nelson, yang merasa
sangat sedih melihat perubahan kondisi bumi hingga saat itu. Dengan menggunakan
kekuasaannya sebagai senator, ia melancarkan aksi-aksi protes secara nasional
untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat luas terhadap kesehatan dan keberlangsungan
lingkungan.
Isu dan aksi protes nasional yang
dibawa oleh Nelson mendapat tanggapan positif dari kalangan bawah yang turut
simpatik untuk mengecam para perusak bumi. Meskipun pada awalnya, gerakan
Nelson ini tidak dengan mudah dibawa dalam agenda nasional. Namun pada
akhirnya, setelah tujuh tahun gencar menyerukan isu lingkungan dengan cara-cara
yang strategis, isu kepedulian terhadap lingkungan ini berhasil mencapai
penetapan 22 April sebagai “Hari Bumi”.
Peringatan Hari Bumi masa kini.
Tahun 2013, dunia internasional
kembali bersatu dalam upaya memperbaiki kondisi bumi. Berbagai jenis perayaan
terjadi secara serentak dalam memperingati hari yang peduli terhadap lingkungan
ini. Mulai dari aksi menanam pohon, kampanye cinta lingkungan, aksi turun ke
jalan, maupun penyadaran sistem 3R (reuse,
reduce, dan recycle).
Begitupun dengan yang terjadi di
Indonesia. Berbagai jenis kemeriahan melalui ide-ide menarik dari berbagai
kalangan turut mewarnai Hari Bumi 22 April. Termasuk di lingkungan kampus yang menyandang
nama negeri ini, dimana banyak ekspektasi masyarakat tumbuh dan mengharapkan
perbaikan kualitas kehidupan pada berbagai aspek.
Di Fakultas Ekonomi, pada sebuah
sudut lokasi tergambar kemeriahan Hari Bumi. Sebuah unit komunitas yang concern terhadap kegiatan sosial membuka
ruang terbuka dalam rangka merayakan Hari Bumi. Konsep reuse ditangguhkan sebagai acara berupa pemanfaatan barang bekas
yang akan dikreasikan menjadi barang baru yang lebih bermanfaat dan bernilai,
diharapkan menjadi sarana yang dapat menarik minat mahasiswa untuk ikut serta. Namun
sayangnya, konsep sosial tersebut tak selamanya mendapat respon sesuai harapan.
Faktanya, sampai dengan detik-detik pelaksanaan acara, hanya segelintir
mahasiswa saja yang datang dan benar-benar mengikuti rangkaian acara.
Fakultas
Ekonomi. Katanya fakultas rumpun sosial? Kemudian, dimana letak kesadaran mahasiswanya terhadap
aspek-aspek sosial kemasyarakatan? Bukankah kita ini hidup di lingkungan
masyarakat yang notabene memerlukan kepekaan kita untuk mengembangkannya? Dan
lingkungan merupakan unsur yang sangat luas. Bumi adalah salah satu
diantaranya. Tetapi kenyatanya, yang terjadi saat ini tidak selaras dengan
kebutuhan-kebutuhan tersebut.
Pelaksanaan kemeriahan Hari Bumi
yang hanya terjadi satu kali setiap tahun saja tidak mendapat apresiasi seindah
bumi mengapresiasi kehidupan manusia. Padahal, manusia hidup di dunia ini secara
sempurna dengan segala macam kemudahan dan kedigdayaan. Tapi kenyataannya
justru hal itulah yang merubah makna persepsi sosial tiap individu.
Sumber: