...aku menari bersama senja diiringi nyanyian hujan yang membekukan... ..

☂☂☂

Februari 26, 2011

JUM'AT 25 FEBRUARI 2011

Pagi itu begitu cerah. Awan-awan di langit Nampak bersahabat menemani makhluk-makhluk yang hendak menuntut ilmu. Mereka berdatangan satu per satu. Kemudian memasuki kelasnya masing-masing. Di salah satu sudut sebelah tenggara, sebuah kelas terlihat damai dengan murid-muridnya yang luar biasa. Saking luar biasanya, kelas baru ramai setelah lewat bel masuk sekolah. Bukan karena mereka semua pendiam, namun lebih tepatnya dikatakan bahwa mereka baru datang.
Lima belas menit berlalu. Suasana sedikit berubah setelah mereka selesai melaksanakan tadarus Al-Qur’an -meskipun yang melaksanakan rutinitas itu hanya beberapa saja, masih dapat dihitung dengan jari tangan-.  Mereka mulai mengeluarkan buku catatan dari dalam tas masing-masing. Aku yang hari itu duduk di bari keempat dekat pintu-pun turut mengeluarkan buku catatan ekonomi beserta alat tulis seperlunya.
Wanita berkerudung yang berdiri dekat laptop itu mulai menggerakkan jemarinya, berbicara lantang, memulai Jum’at yang biru. Beliau mulai mulai menjelaskan materi baru. Kalimatnya lugas dan pasti. Tiap hal dijelaskan sungguh detail hingga kami mengerti. Namun suasana apa yang kutangkap…………
Beberapa murid di baris belakang, bahkan depan sekalipun, menyandarkan dagunya di meja, bertumpu pada tangan yang masih harum nan halus. Perhatian mereka tak tercurahkan untuk wanita yang bersusah mendidik dengan ikhlas di depan kelas. Sebagian sibuk dengan kebanggannya terhadap teknologi yang demikian canggih berbentuk ‘handphone’. Yang lainnya terkantuk-kantuk. Sungguh bukanlah hal yang indah dipandang. Namun kenyataannya inilah yang terjadi disekitar remaja pelajar yang mengaku ‘jaman sekarang’.

@xi ips 3 , jum’at 25 februari 2011 pk 07.03

Tidak ada komentar: