Kicauan burung
pagi ini rupanya telah menggambarkan keindahan sepanjang hari padatku di kampus
perjuangan ini. Betapa tidak? Sekalipun selasa merupakan hari yang paling aku
benci sejak tiba pada masa perkuliahan, nyatanya tidak lagi sejak detik ini. Detik-detik
ketika aku lebih mampu leluasa mendapatkan warna. Detik dimana aku bisa menghabiskan
sepanjang mata kuliah dengan perasaan yang mendamaikan. Ini kagumku yang
pertama. Kagumku pada sosok sederhana dibalik jabatan ‘ketua’ yang
disandangnya.
Penampilannya biasa
saja, bahkan bisa dibilang sangat jauh dari karakteristik-karakteristik makhluk
yang paling sering dikagumi. Tidak ada kulit
putih dengan perawakan tinggi yang memesona. Tidak pula dengan sejuta prestasi
akademis dan materi yang melimpah ruah. Semuanya biasa saja. Namun, kagumku ini
sungguh luar biasa.
Entah muncul dari
mana keping rasa yang pertama ini. Namun, yang jelas dan selalu kuingat, sikap
santun dan ramah yang ia pancarkan telah mematut kagumku yang pertama.
Aku baru saja
selesai menikmati senyum manisnya yang terkembang sepanjang perjalanan menuju
ruang BPM. Memang, bukan senyum yang ditujukan khusus untukku, tapi aku yang
ketika itu hendak menuju kolam makara tidak bisa mengabaikannya begitu saja.
Seketika aku
teringat saat-saat melelahkan di Desa Cijulang. Lagi-lagi sosoknya memberikan
kesejukan ditengah kerindangan. Jaketnya berwarna abu-abu, seperti warna makara
kebanggan fakultas kami, dengan garis berwarna agak muda yang menghubungkan
kedua sisi dada bidangnya. Sekilas ia tampak gagah. Pembawaannya rapi dan
perlahan. Pasti ia pandai dan aktif, aku berasumsi.
Dua langkah maju
tangannya menggapai mic. Kata demi
kata, frasa dan kalimat, terangkai.. terucap.. kagumku dimulai disini.
&langit-langit bagi hamparan
angin&
Minggu, 07 Oktober 2012
19.32 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar