Saat
kegagalan menghampiri kita berdua; kau ada untukku. Aku ada untukmu.
Kegagalan
bukan berarti keterpurukan, tidak pula pertanda pengkhianatan, atau bahkan
kehilangan. Terbukti.. justru saat kegagalan-lah Tuhan menghadirkanmu, dan
menuntunku.
Aku
hanya ingat bahwa kala itu aku mengirimkanmu kabar perihal perjuanganku yang
diperpanjang. Dan kau, seakan turut merasakan. Bagai tersambar petir aku
dikagetkan dering panggilanmu. Di seberang sana, suaramu yang khas membahana,
memecah fokusku dari rangkaian-rangkaian logaritma, baris dan deret. Arus
deras; suaramu tak putus-putus. Teruuus saja berbicara memotivasi. Ah, aku tak
se-rapuh yang kau kira. Buktinya, aku tak terjerembab dalam liang kegagalan.
Aku hanya merindukanmu, merindu ucapmu yang sok bijak itu-padahal kau sendiri
pun sangat perlu di motivasi- merindu lirikan maut yang mampu membuatku salah
tingkah setengah mati. Hhh~ tak mampu lagi aku berucap. Leleh sudah oleh
manismu. Kau selalu bisa mengembalikan semangat juangku:”
Katamu,
“semakin banyak gagal, justru kesuksesan yang didapat akan terasa lebih manis.”
Ah! Kalimatmu menyejukkan resah ini. “Mundur satu langkah untuk maju lima
langkah itu lebih baik. Artinya, kita sudah empat langkah lebih awal dari yang
lain”, tambahmu. Ah kamu...
Aku bermimpi, suatu hari nanti tetap kita
akan dipertautkan kembali. Merajut kisah satu tahun lalu dan menjadikannya
indah. Seindah kita, rival! Ya... selamanya kita menjadi rival, bukan?
Pagi ini kau muncul secara
tiba-tiba dalam kotak pesanku. Baiklah, aku kira bukan sebuah ketidaksengajaan.
Bisa jadi kau begitu rindunya bertemu dan bercanda denganku. Bagiku tak
masalah, toh aku juga sama sepertimu.
Selasar
gedung Nathael Iskandar atau yang kerap
disapa gedung A ini menjadi kawan kegamanganku pada pagi hening tanggal 11. Pesanmu
yang tak sesingkat biasanya membuat keraguanku tumbuh liar begitu saja. Kuakui,
kata-katamu ada benarnya. Posisi tempat duduk paling depan bisa saja aku raih
pada hari-hari lain. Namun, hadir dalam kuliah umum dengan pembicara luar biasa
belum tentu kutemui lagi lain kesempatan. Ah! Kau selalu bisa meracuniku dengan
acara-acara bermanfaat seperti itu. Dan,
kau belum lupa dengan kegemaranku mencari kegiatan yang serupa dengan isi
pesanmu.
Keraguanku mencapa klimaks. Langkah ini bergerak
menuju halte bikun dan memutuskan menuruti ajakanmu, sebab kerinduanku.
Persembahan untuk seorang rival,
dan
Minggu, 22 Juli 2012 (23:32
WIB)
Sabtu, 13 Oktober 2012
(19:27 WIB)
&langit-langit bagi
hamparan angin&
Tidak ada komentar:
Posting Komentar