berharap itu... tak lebih dari keberanian menghunuskan pedang
dalam dada sendiri. menjatuhkan diri dari lantai dua puluh tujuh ke permukaan
paku dimana telah banyak orang menunggu untuk mencela betapa bodohnya kamu!
...aku menari bersama senja diiringi nyanyian hujan yang membekukan... ..
☂☂☂
Januari 30, 2012
17=padam!
Entah telah berapa
kali aku termenung meratapi angka 17-ku yang padam. Ya... Padam! Tak sedikitpun
cahaya singgah untuk menerangi. Mungkin aku terlalu banyak berharap. Sehingga sekejap
mata semuanya musnah. Tiada berbekas.
Tak ada satupun
yang kuterima di angka 17 ini._. meskipun aku memilikinya, mereka. Sekalipun pada
hari mereka aku meluruhkan sedikit waktuku. Namun, kini nyatanya? Tak secuilpun
balasan kuterima.
Ah! Mungkin aku
terlalu jauh bermimpi mendapat ucapan darinya. Kue ulang tahun dengan lilin
manis angka usiaku. Surprise pagi yang mengganggu lelapku. Atau kado sederhana
pilihan mereka. Semuanya tak ada. Tak satupun kudapat.
Tuhan... engkau
Maha Adil. Tapi mengapa kau kirim sepi di hari ku yang banyak orang nanti,
terlebih juga aku. Dimana perhatian lebih sahabat-sahabatku kau simpan? Mereka tidak
ada di hariku yang genap tujuh belas tahun. Mereka tidak muncul member moment
indah seperti yang aku lakukan untuknya. Mereka hanya mengintip sebatas ucpan
selamat ‘formalitas’. Inikah nasibku ya Tuhan...?!
Sungguh aku
bersedih mengingat angka 17 ku. Bahkan, tak satu bendapun aku terima sebagai
hadiah. Dari keluargaku sekalipun. Benar-benar tak satu hadiahpun kuterima. Menyedihkan
ya?!! Kasihan! Dan... dia yang disisiku pun begitu. Tak sebutir pasirpun
dipersembahkan. Entahlah... aku sampai bingung apa yang harus kukenang dari
ulang tahun ke 17-ku, yang oleh banyak orang biasanya dinanti-nantikan.
Januari 25, 2012
entah... (part 1)
Aku bagai titik putih
yang dikelilingi jutaan butir titik hitam disekitarku. Tumpah ruah canda tawa
diantara mereka. Euforia bahagia turut pula menyapa dan mengajakku turut
serta. Ragaku mengangguk. Namun, hanya mengangguk. Tidak pada jiwaku. Nurani seakan
terombang-ambing tidak berarah. Entah apa yang sedang singgah dalam pikiranku. Aku
berusaha menggali... mencaro... hingga kutemukan sepetik arah yang ternyata
menghantui satu bait batin ini. Aku gali kembali... aku mencari kembali... Kutemukan
lagi sehelai cahaya luka yang selama ini menggoreskan bidang halus hati ini.
Apa kabar kau yang senang menggangguku?
Apa kabar
kamu? Masihkah kau mengingatku? Masihkah kau ingat kalimat yang membuatku pada
tidak percaya paling puncak? Kenapa kau tiba-tiba menghilang? Kenapa kau
berhenti mengganggu hari-hariku?
Tak terasa...
hari ini aku merasa merindukan semua pesan singkat perhatianmu. Meskipun aku
selalu menganggapnya sebagai gangguan. Namun, yang aku tak pernah percaya, kala
itu kau justru tetap selalu memenuhi inbox-ku. Padahal kaupun tahu bahwa aku
telah ada yang memiliki. Anehnya kau tak pernah jengah. Justru aku lah yang
berusaha membatasi diri darimu. Maaf. Mungkin sampai saat ini, hatiku masih
terperangkap pada yang lain. Bukan kamu. Belum mampu berpaling.
Tak terasa
pula... hari ini tepat satu tahun setelah kau mengutarakan kalimat itu. Kalimat
yang sebelumnya pun pernah kau ucapkan. Dengan tanggapan yang sama. Keadaan yang
sama pula, aku bersama yang lain.
Aku masih
mengingatnya, kejujuran mengatakan ketertarikanmu padaku. Tapi ku menanggapinya
biasa, bahkan sangat biasa. Aku menganggapmu masih sebatas temanku dan teman
pacarku. Aku pikir kamu tahu itu, juga tentang persinggahan hatiku.
Namun, entah... Mengapa saat
ini aku justru mengharap pesanmu kembali meramaikan ponselku. Sekalipun tak
pernah aku berniat membalasnya sungguh-sungguh. Aku merindu. Merindu keberanianmu
mengganggu datarnya hari-hariku.
♔langit-langit
bagi hamparan angin ♔
Sabtu,
21 Januari 2012
Satu kulepas, satu kutemukan~
Ketika
aku mulai bosan dengan geraknya selama ini
Kecewa
menemani kesendirian ini
Benci
dengan semua ‘tidak’ nya
Entah
aku harus apa lagi
Lelah
rasa menghadapi
Memuncak
Geram
Mungkin
aku kan menjauh
Lari...
Mengacuhkannya...
Disaat
yang sama, muncul sebuah ketenangan
Memberikan
kenyamanan yang belum pernah kutemui selama ini
Tapi ini
belum tepat
Aku masih
harus membatasi diri
Mengingat
kenyataan
Hati semakin
gundah
Ah!
Mungkin
aku masih harus menunggu
Entah
yang kulupakan, entah yang kutemukan.
♔langit-langit
bagi hamparan angin ♔
Minggu, 08 Januari 2012
16.44 WIB
empat huruf satu nama yang tak pernah terbayangkan
kisah
kita tak pernah terjalin sempurna, kawan
selalu
saja ada pertentangan batin setiap ku bersikap padamu
entahlah...
refleks
saja itu terjadi
sungguhnyapun
aku tak pernah ingin memerlakukanmu seperti itu
namun
jujurnya batinku yang menentukan apa yang ragaku hendak sempurnakan
namun
satu yang selalu kubanggakan,
meski
kisah kita tak pernah larut tak bersisa, kita masih mampu berdampingan
saling
bercerita apa yang dirasa,
walaupun
perang batin antara kita belum juga reda :’)
dan
walau kau masih (selalu) memperlihatkannya jelas
aku
selalu ingin mengecuhkanmu dari perjalanan kisah hidupku
tapi...
aku
pernah mendengar kalimat;
“yang
terlihat paling membencimu ialah yang sungguh-sungguh memperdulikanmu”
dan...
yang aku paling takutkan ialah kau
satu
nama yang tak pernah aku hiraukan
satu
nama yang kuanggap tidak penting
satu
nama yang tidak aku sukai
namun,
satu
nama yang memperdulikanku kelak
satu
nama yang melukiskan seribu warna kenangan dalam memori
satu
nama yang tulus bertanya tentang keadaanku
aku
takut...
ya...
takut...
amat
sangat takut...
♔langit-langit bagi hamparan angin♔
sabtu,
17 desember 2011
22.33
wib
Januari 02, 2012
bukan aku yang bersama sahabatku di hari bahagianya ._.
untuk sahabat yang melupakanku,
hari itu hari bahagia sahabatku, namun tiba-tiba aku terkaku. tak sedikitpun keberanian tuk turut dalam cerianya. keraguan.
aku mengenal mereka, yang kala itu menorehkan hari bahagia dan disisi sahabatku. mereka yang menamakan diri 'sahabat' bagi sahabatku.
lalu dimanakah aku?
entah terbuang, entah terinjak.
nyatanya aku selalu ada. namun sedikitpun tak dihiraukan. tapi aku sahabatmu... lihat aku!!!
sadari aku yang selalu ada untukmu, meski bukan aku yang ada di hari bahagiamu.
♔langit-langit bagi hamparan angin♔
Jum'at, 16 Desember 2011
23.08 WIB
hari itu hari bahagia sahabatku, namun tiba-tiba aku terkaku. tak sedikitpun keberanian tuk turut dalam cerianya. keraguan.
aku mengenal mereka, yang kala itu menorehkan hari bahagia dan disisi sahabatku. mereka yang menamakan diri 'sahabat' bagi sahabatku.
lalu dimanakah aku?
entah terbuang, entah terinjak.
nyatanya aku selalu ada. namun sedikitpun tak dihiraukan. tapi aku sahabatmu... lihat aku!!!
sadari aku yang selalu ada untukmu, meski bukan aku yang ada di hari bahagiamu.
♔langit-langit bagi hamparan angin♔
Jum'at, 16 Desember 2011
23.08 WIB
aku (masih) sahabatmu bukan?
ketika hening malam ini menghampiri, ragaku rebah menengadah langit-langit
bayang itu melintas begitu cepat
hingga hayalku tak mampu menggapainya
bayang itu...
segurat kisah terlukis karenanya, tentang masa silam, ketika kita kerap bersama
saling berbagi.
saling bercerita.
saling bersandar.
menyisakan kenangan yang (masih) abadi
kini kita dibatasi jarak
namun beruntungnya, masih tercipta alasan tuk kita tetap bersama
meski tak jarang aku yang harus lelah dengar ceritamu
aku rela
aku (masih) sahabatmu bukan??
♔langit-langit bagi hamparan angin♔
Jum'at, 16 Desember 2011
22.57 WIB
bayang itu melintas begitu cepat
hingga hayalku tak mampu menggapainya
bayang itu...
segurat kisah terlukis karenanya, tentang masa silam, ketika kita kerap bersama
saling berbagi.
saling bercerita.
saling bersandar.
menyisakan kenangan yang (masih) abadi
kini kita dibatasi jarak
namun beruntungnya, masih tercipta alasan tuk kita tetap bersama
meski tak jarang aku yang harus lelah dengar ceritamu
aku rela
aku (masih) sahabatmu bukan??
♔langit-langit bagi hamparan angin♔
Jum'at, 16 Desember 2011
22.57 WIB
Langganan:
Postingan (Atom)