Malam itu Zahra termenung dalam balutan sepi ditemani angin malam yang
berhembus lembut. Raganya terduduk diatas trampoline di pekarangan rumah yang
luas. Namun pikirannya menerawang dalam batin Samudra, kekasihnya yang berada
jauh darinya. Samudra, lelaki yang selama ini menyita seluruh perhatian Zahra
kini berada di Jakarta. Dua tahun lalu, sebelum kepergiannya Samudra sempat
berjanji akan kembali menemui Zahra memberikan kado terindah tepat di usia ke
27 yang jatuh 3 hari lagi. Zahra tak pernah tahu apa kado terindah yang akan ia
dapatkan dari Samudra. Namun, tiga bulan terakhir Samudra hilang tanpa kabar
begitu saja. Zahra sudah mencoba menghubungi teman-temannya, berharap
mendapatkan sepercik kabar gembira. Namun, nihil… tak satupun mengetahui kabar
Samudra. Bahkan, ada yang bilang Samudra telah kembali ke Surabaya karena akan
menikah dengan wanita yang sangat dicintainya. Zahra bingung sekaligus sedih.
Kenapa tiga bulan terakhir Samudra tidak pernah memberikan kabar padanya.
Bahkan kalau memang benar Samudra telah menikah, Zahra akan merelakan laki-laki
yang sangat dicintainya itu.
Malam bertambah larut. Zahra masih duduk diatas trampoline. Sendirian.
Ia hanya bertemankan ponsel biru muda yang tak pernah berdering sejak sore.
Zahra membayangkan pertemuannya kembali dengan Samudra seperti yang dijanjikan
kala itu. Namun, ah… rupanya harapan itu harus dikuburnya dalam-dalam.
Zahra masuk kedalam kamar. Merebahkan diri, melepaskannya dari
kepenatan menanti Samudra. Lelap…
¶¶¶
Pagi. Ponselnya mengalunkan nada dering yang indah. Ada panggilan
masuk, dari Tania, kakak sepupunya yang baru tiba dari Surabaya.
“Hallo…”
“Za, nanti temenin kakak ke salon ya. Nanti malem ada dinner nih.”
“Males kak.”
“Ayolah, Za! Kakak tau kamu lagi sedih, tapi jangan memperburuk
keadaan gitu dong. Pokoknya kamu harus mau temenin kakak ke salon!”
Terputus.
Ah, kak Tania ini
ada-ada saja, pikir
Zahra, mau dinner aja kok harus ke salon.
Mau tidak mau Zahra harus menuruti keinginan kakak sepupu yang sangat ia
sayangi itu.
Tanpa terasa, sedikit demi sedikit kesedihan Zahra akan Samudra mulai
terlupakan dengan kesibukannya sepanjang hari itu.
¶¶¶
Malamnya.
“Kak, makasih ya udah ajak aku ke salon hari ini” ucap Zahra dengan
senyuman paling manis hari itu,
“Oke sama-sama. Sekarang kamu ikut kakak ya.”
“Loh kok? Bukannya kakak mau dinner bareng tunangan kakak ya?”
tanyanya.
“Udah deh, kamu ikut aja, kok bawel banget sih. Haha…”
“Oke deh kak, tapi aku jangan
disuruh jadi obat nyamuk ya.”
“Sipp.”
¶¶¶
“Kamu masuk duluan ya Za, nanti ada pelayan yang nganterin kamu kok.”
“Oke kak!” Zahra melangkahkan kakinya kedalam restoran minimalis yang
terlihat sangat istimewa dengan penataan yang begitu rapi. Seorang pelayan yang
ramah mengantarkannya menempati kursi kosong di sudut dekat jendela. Tak berapa
lama, kedua matanya tertutup oleh sepasang tangan yang tidak ia kenali.
“Kak, jangan bercanda!” kata Zahra
“Ini aku.”
“…” Zahra bingung, ia merasa mengenali suara itu, namun sudah sangat
lama ia tak mendengarnya secara langsung. Samudra.
Ingin ia berkata seperti itu, namun hatinya melarang.
Lelaki itu melepaskan tangannya yang menutupi kedua mata Zahra. “Ini
aku.” Ia mengulanginya.
“Samudra?” ucap Zahra kaget. Dugaannya benar.
“Iya. Maaf kalau selama ini aku membuatmu khawatir.” Ucapnya lembut.
Meluluhkan perasaan Zahra yang berkecamuk.
“Kemana saja kamu selama ini?” Tanya Zahra berusaha menyembunyikan
segala kepiluan hati yang selama ini ia rasakan.
“Tidak penting kemana aku selama ini. Sekarang, sebaiknya kamu ikut
aku. Aku akan menepati janjiku.”
“Janji?” Zahra lupa akan kata janji yang dulu pernah diucapkan Samudra
padanya. Musnah ketika ia mendapat kabar buruk tentang Samudra pecan lalu.
Keduanya keluar menuju mobil Samudra. Selama perjalanan, ia
menjelaskan apa yang terjadi selama ini. Samudra membawanya ke sebuah tempat
istimewa. Disana, Samudra mempersembahkan sebuah konser kecil untuk Zahra,
sesuatu yang sangat Zahra inginkan. Konser kecil istimewa milik mereka berdua.
Dan disanalah, Samudra melamar Zahra. Memintanya untuk menjadi pendamping hidup
untuk selamanya. Juga mengutarakan niatnya untuk membawa Zahra hidup di Jerman,
negara idamannya sejak di bangku kuliah.
Samudra berjanji akan mempersembahkan konser-konser istimewa lainnya
di Jerman nanti. Untuk Zahra. Hanya untuk Zahra.
Malam itu, menjadi konser terindah dalam hidup Zahra. Sebuah konser
kecil istimewa yang mengikatnya dengan seorang Samudra.
“kleines Konzert besondere” ucap mereka bersamaan.
¶¶¶
Ini cerpen iseng buat ikut aktif di writing session. Maaf ya kalau agak maksa, abis ngga ada ide sihh...
bonne lecture!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar